|
Ilustrasi mudik lebaran (Sumber) |
Halo blogosphere! I’m back :)
Lebaran . . . kata ini identic dengan perayaan hari besar
umat Islam, di Indonesia ada berbagai macam tradisi menjelang lebaran
salahsatunya adalah mudik / pulang kampung, tradisi ini sudah seperti acara
wajib tahunan bagi semua warga Indonesia yang ingin merayakan hari Idul Fitr di
kampung halaman tidak terkecuali saya.
Tahun ini merupakan tahun perdana saya menjalani ibadah puasa jauh dari
orang tua nah menjelang hari Idul Fitr dan bertepatan juga dengan libur smester
saya pun pergi mudik ke kampung halaman.
Ada banyak pilihan trasportasi yang sering digunakan oleh
orang – orang di Indonesia untuk mudik, mulai dari kendaraan pribadi seperti
mobil & motor, juga kendaraan umum seperti Pesawat, Bus, Kereta &
Kapal, kusus untuk kendaraan roda dua dari tahun kemarin sudah mulaii di
sosialisasikan untuk tidak mengunakan kendaraan yang satu ini, karena resikonya
yang tinggi.
Ada beberapa opsi kendaraan yang bisa saya gunakan untuk
mudik, diantaranya bus antar kota, bus travel dan kereta api, saya sendiri
memilih Kereta api untuk perjalanan mudik kali ini, karena saya pikir mudik
dengan kereta api itu lebih nyaman, aman, cepat dan akses untuk memperoleh
tiketnya mudah.
Oke perjalanan mudik saya awali dari tempat saya menimbah
ilmu “Jogja” tanggal 1 agustus pukul 20.00 saya berangkat dari tempat kost menuju
stasiun Yogyakarta “Tugu”. Persiapan di
stasiun Tugu dalam menghadapi arus mudik tahun ini sudah cukup baik, terlihat
ada tenda posko mudik dan petugas kesehatan yang siap melayani pemudik.
|
stasiun yogyakarta a.k.a Tugu Railway Station (Sumber) |
Kali ini saya pulang menggunakan rangkaian kereta Ekspres
malam Gajayana (Malang – gambir) kenapa saya memilih kereta ini? Sebenarnya
banyak pilihan kereta lain untuk menghantarkan saya ke tujuan (Cirebon)
diantaranya Ekspres malam Taksaka, Argo Dwipangga, dan Ekspres malam Bima, tapi
menimbang waktu keberangkatan dan kedatangan Ekspres malam gajayana lah yang
pas karena berangkat dari Jogja pukul 22.10 dan tiba di Cirebon pukul 03.01
jadi pas waktu sahur.
Pukul 22.00 speaker cempreng sta. Tugu memberitahukan dengan
3 bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris) bahwa KA no. 31 KA Ekspres malam Gajayana
tiba di peron utara jalur 4 stasiun tugu (lebih cepat 3 menit dari jadwal)
setelah kereta tiba saya langsung masuk kedalam kereta.
Okupansi penumpangnya cukup padat di kereta yang saya
tumpangi semua kursi hampir penuh setelah menaruh tas di rak saya pun duduk,
tapi ada yang “kurang” menurut saya biasanya dalam perjalanan malam di sediakan
selimut untuk penumpang tapi saya tidak menemukannya di kursi saya, tidak lama
kemudian 3 orang petugas yang terdiri dari srikiti, kondektur dan prami
menghampiri saya dan menyambut saya dengan sopan sembari memberikan selimut dan
memeriksa tiket, wah waaaah ternyata selimutnya dibagikan ketika penumpang
masuk sekalian memeriksa tiket, di kereta lain biasanya selimut hanya di taruh
di kursi begitu saja hmmm berarti ada peningkatan pelayanan nih, penumpang
mendapatkan sambutan + selimut yg dihantarkan langsung. Ada yang berbeda dengan seragam prama / prami
KA ini, mereka mengenakkan songkok hitam + badge ketupat mungkin ini selebrasi
suasana ramadhan + lebaran kali ya?
|
Cuplikan interior Ekspress malam Gajayana (doc pribadi) |
Perjalanan malam dengan kereta memang menyenangkan dan
nyaman, bagi anda yang ingin beristirahat seat kereta bisa diatur kemiringannya
sesuai kenyamanan kita dan bagi anda yang tidak bisa tidur juga disediakan
hiburan berupa VOD (Video On Demand) dan bacaan seperti majalah, Koran dan
katalog yang update pada masing – masing seat, jika anda membutuhkan sumber
listrik untuk me-recharge gadget anda juga disediakan stop kontak pada masing
–masing seat. Bagi yang muslim juga
jangan khawatir jika ingin menunaikan shalat, di restorasi / kereta makan ada
sebuah ruangan kecil yang biasa difungsikan sebagai mushalah (sebenarnya ini
merupakan ruang istirahat crew KA).
Pukul 00.30 perut saya mulai lapar saya pun memutuskan untuk
pergi ke kereta makan / restorasi untuk memesan makanan, saya memesan seporsi
nasi goreng dan teh panas seharga Rp. 30.000 memang mahal mengingat porsinya
yang kecil dan rasa yang standard yah tapi itulah kereta mie instant saja di
bandrol 13 ribu seporsi -_-
Pukul 00.53 kereta berhenti di sta. Purwokerto ada beberapa
penumpang yang turun dan naik, terdegar dari luar suara pedagang asongan
berteriak – teriak menjajahkan aneka macam makanan & minuman, hmmm saya pikir
pedagang asongan sudah tidak boleh masuk stasiun lagi, tapi pedagang asongan di
satsiun Purwokwrto ternyata masih banyak -____- .
Setelah menyantap makanan saya kembali ke gerbong untuk
bersantai (dibaca: tidur). Menjelang setasiun Cirebon prami kereta menghampiri
kursi saya untuk mengingatkan kalau kereta segera tiba di stasiun Cirebon. Akhirnya Kereta Ekspres malam Gajayana tiba di
stasiun Cirebon pukul 03.05 (telat 4 menit dari jadwal).
|
Stasiun Cirebon malam hari |
Karena waktu sudah menunjukkan waktu sahur saya pun mencari
tempat makan (padahal tadi baru makan) saya pun memilih “empal gentong”, buat
yang belum tahu empal gentong, empal gentong adalah makanan khas Cirebon yang terbuat
dari daging sapi yang dimasak dalam kuali tanah (gentong) sepintas masakan ini
mirip dengan gulai namun kuahnya lebih gurih dan kaya rempah, setelah
menghabiskan makan sahur saya, saya pun melanjutkan perjalanan menuju rumah
sekitar 45 menit dari satsiun.
|
Empal Gentong khas Cirebon (Sumber) |
Sekian laporan mudik saya, semoga bisa menjadi referensi perjalanan mudik Blogosphere sekalian, OK selamat mudik!
PS. Saya tidak mengambil foto makanan karena takut dikira
alay! Hehe.
PPS. Sebisa mungkin hindari mudik jarak jauh dengan kendaraan roda 2.