Sunday, August 4, 2013

[Trip Report] Laporan perjalanan mudik 2013






Ilustrasi mudik lebaran (Sumber)


Halo blogosphere! I’m back :)
Lebaran . . . kata ini identic dengan perayaan hari besar umat Islam, di Indonesia ada berbagai macam tradisi menjelang lebaran salahsatunya adalah mudik / pulang kampung, tradisi ini sudah seperti acara wajib tahunan bagi semua warga Indonesia yang ingin merayakan hari Idul Fitr di kampung halaman tidak terkecuali saya.  Tahun ini merupakan tahun perdana saya menjalani ibadah puasa jauh dari orang tua nah menjelang hari Idul Fitr dan bertepatan juga dengan libur smester saya pun pergi mudik ke kampung halaman.

Ada banyak pilihan trasportasi yang sering digunakan oleh orang – orang di Indonesia untuk mudik, mulai dari kendaraan pribadi seperti mobil & motor, juga kendaraan umum seperti Pesawat, Bus, Kereta & Kapal, kusus untuk kendaraan roda dua dari tahun kemarin sudah mulaii di sosialisasikan untuk tidak mengunakan kendaraan yang satu ini, karena resikonya yang tinggi.

Ada beberapa opsi kendaraan yang bisa saya gunakan untuk mudik, diantaranya bus antar kota, bus travel dan kereta api, saya sendiri memilih Kereta api untuk perjalanan mudik kali ini, karena saya pikir mudik dengan kereta api itu lebih nyaman, aman, cepat dan akses untuk memperoleh tiketnya mudah.
Oke perjalanan mudik saya awali dari tempat saya menimbah ilmu “Jogja” tanggal 1 agustus pukul 20.00 saya berangkat dari tempat kost menuju stasiun Yogyakarta “Tugu”.  Persiapan di stasiun Tugu dalam menghadapi arus mudik tahun ini sudah cukup baik, terlihat ada tenda posko mudik dan petugas kesehatan yang siap melayani pemudik.
stasiun yogyakarta a.k.a Tugu Railway Station (Sumber)


Kali ini saya pulang menggunakan rangkaian kereta Ekspres malam Gajayana (Malang – gambir) kenapa saya memilih kereta ini? Sebenarnya banyak pilihan kereta lain untuk menghantarkan saya ke tujuan (Cirebon) diantaranya Ekspres malam Taksaka, Argo Dwipangga, dan Ekspres malam Bima, tapi menimbang waktu keberangkatan dan kedatangan Ekspres malam gajayana lah yang pas karena berangkat dari Jogja pukul 22.10 dan tiba di Cirebon pukul 03.01 jadi pas waktu sahur.
Pukul 22.00 speaker cempreng sta. Tugu memberitahukan dengan 3 bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris) bahwa KA no. 31 KA Ekspres malam Gajayana tiba di peron utara jalur 4 stasiun tugu (lebih cepat 3 menit dari jadwal) setelah kereta tiba saya langsung masuk kedalam kereta.

Okupansi penumpangnya cukup padat di kereta yang saya tumpangi semua kursi hampir penuh setelah menaruh tas di rak saya pun duduk, tapi ada yang “kurang” menurut saya biasanya dalam perjalanan malam di sediakan selimut untuk penumpang tapi saya tidak menemukannya di kursi saya, tidak lama kemudian 3 orang petugas yang terdiri dari srikiti, kondektur dan prami menghampiri saya dan menyambut saya dengan sopan sembari memberikan selimut dan memeriksa tiket, wah waaaah ternyata selimutnya dibagikan ketika penumpang masuk sekalian memeriksa tiket, di kereta lain biasanya selimut hanya di taruh di kursi begitu saja hmmm berarti ada peningkatan pelayanan nih, penumpang mendapatkan sambutan + selimut yg dihantarkan langsung.  Ada yang berbeda dengan seragam prama / prami KA ini, mereka mengenakkan songkok hitam + badge ketupat mungkin ini selebrasi suasana ramadhan + lebaran kali ya?


Cuplikan interior Ekspress malam Gajayana (doc pribadi)

Perjalanan malam dengan kereta memang menyenangkan dan nyaman, bagi anda yang ingin beristirahat seat kereta bisa diatur kemiringannya sesuai kenyamanan kita dan bagi anda yang tidak bisa tidur juga disediakan hiburan berupa VOD (Video On Demand) dan bacaan seperti majalah, Koran dan katalog yang update pada masing – masing seat, jika anda membutuhkan sumber listrik untuk me-recharge gadget anda juga disediakan stop kontak pada masing –masing seat.  Bagi yang muslim juga jangan khawatir jika ingin menunaikan shalat, di restorasi / kereta makan ada sebuah ruangan kecil yang biasa difungsikan sebagai mushalah (sebenarnya ini merupakan ruang istirahat crew KA).

Pukul 00.30 perut saya mulai lapar saya pun memutuskan untuk pergi ke kereta makan / restorasi untuk memesan makanan, saya memesan seporsi nasi goreng dan teh panas seharga Rp. 30.000 memang mahal mengingat porsinya yang kecil dan rasa yang standard yah tapi itulah kereta mie instant saja di bandrol 13 ribu seporsi -_-

Pukul 00.53 kereta berhenti di sta. Purwokerto ada beberapa penumpang yang turun dan naik, terdegar dari luar suara pedagang asongan berteriak – teriak menjajahkan aneka macam makanan & minuman, hmmm saya pikir pedagang asongan sudah tidak boleh masuk stasiun lagi, tapi pedagang asongan di satsiun Purwokwrto ternyata masih banyak -____- .

Setelah menyantap makanan saya kembali ke gerbong untuk bersantai (dibaca: tidur). Menjelang setasiun Cirebon prami kereta menghampiri kursi saya untuk mengingatkan kalau kereta segera tiba di stasiun Cirebon.  Akhirnya Kereta Ekspres malam Gajayana tiba di stasiun Cirebon pukul 03.05 (telat 4 menit dari jadwal).


Stasiun Cirebon malam hari


Karena waktu sudah menunjukkan waktu sahur saya pun mencari tempat makan (padahal tadi baru makan) saya pun memilih “empal gentong”, buat yang belum tahu empal gentong, empal gentong adalah makanan khas Cirebon yang terbuat dari daging sapi yang dimasak dalam kuali tanah (gentong) sepintas masakan ini mirip dengan gulai namun kuahnya lebih gurih dan kaya rempah, setelah menghabiskan makan sahur saya, saya pun melanjutkan perjalanan menuju rumah sekitar 45 menit dari satsiun.

Empal Gentong khas Cirebon (Sumber)

Sekian laporan mudik saya, semoga bisa menjadi referensi perjalanan mudik Blogosphere sekalian, OK selamat mudik! 



PS. Saya tidak mengambil foto makanan karena takut dikira alay! Hehe.
PPS. Sebisa mungkin hindari mudik jarak jauh dengan kendaraan roda 2.

Saturday, August 3, 2013

[Masak] Resep Es Palu Butung a.k.a Es Pisang Ijo




Tadaaaa, ini dia es palu butung / pisang ijonya
Halo Blolosphere! saya mau bagi - bagi resep lagi nih, berhubung sekarang bulan puasa saya mau berbagi resep makanan (atau minuman ya?) untuk hidangan pembuka saat berbuka puasa. Namanya Es Palu Butung sajian es ini berasal dari Sulawesi selatan, tapi sekarang kita bisa menjumpainya di berbagai tempat dengan harga yang lumayan murah.  Nah mumpung di rumah saya mau bikin nih, yuk simak!


Waktu
  • Persiapan 15 menit masak 45 menit = 1 Jam
Tingkat kesulitan
  • 1  2  3  4  5  6  7,5  8  9  10
Bahan - bahan

      Pisang hijau:
  • 1 sisir pisang kepok
  • 200 ml santan kental
  • 150 gram tepung beras
  • 50 gram tepung ketan
  • 1 sdt pewarna makanan hijau
  • 1 sdt garam
  • 1 sdm gula pasir
  • Mentega untuk melumuri daun pisang
     Saus putih:
  • 300 ml santan kental
  • 5 sdm tepung beras
  • 2 sdm tepung ketan
  • 100 ml air
  • 2 helai daun pandan
  • 1 sdt garam
     Tambahan:
  • Syrup coco-pandan warna merah
  • Es batu (hancurkan)
Mari masak!
  1. Pisang Hijau : Kupas pisang, sisihkan.  Campurkan tepung beras, ketan, gula, garam, santan, dan pewarna makanan, uleni hingga kalis.
  2. Siapkan daun pisang olesi dengan mentega, taruh adonan di daun pisang pipihkan, letakkan pisang diatas adonan kemudian balut dan semat ujung daun pisang menggunakan lidi / tusuk gigi (bentuk menyerupai pepes)
  3. Kukus pisang selama +/- 20 menit atau sampai pisang matang, angakat dan sisihkan
  4. Saus putih: Campur semua adonan saus kemudian panaskan dengan api sedang sambil terus diaduk - aduk agar tidak menggumpal, Setelah matang dan mengental angkat sisihkan.
Penyajian:
Potong - potong pisang, tuangkan saus putih kedalam gelas / mangkuk kemudian susun potongan pisang diatasnya, tambahkan es batu dan syrup.  Es Palu Butung siap disantap!



Oke blogosphere sekian dulu resep dari saya, terus pantengin blog saya ya. Adios!

 
PERINGATAN! Blog ini milik Nuhan Hidayat, bagi yang copas artikel sembarangan yang cowok tak sumpahin tit*tnya impoten seumur hidup, yang cewek tak sumpahin jadi perawan sampe mati.